"Saya ingin anak-anak saya memiliki nasib lebih baik dari saya, saya akan terus mendukung sekolah mereka!" ungkap perempuan yang sempat bekerja merantau ke Jakarta ketika ditanya apa harapan terbesar dalam hidupnya. Mbak Ela ialah sapaan akrabnya, di sepenjuru desa ia terkenal dengan budi dan pekertinya yang ramah dan ceria. Kehangatan sikapnya itu menyempurnakan citra rasa bubur ayam yang ia jual setiap pagi bersama suaminya "Buburnya, saya namain Bubur Caemela88, teh! Itu nama anak saya. Angka 88 adalah nama bubur terkenal yang enak, yang harapan saya buburnya bisa senasib dengan bubur 88." tutur ibu tiga orang anak ini ketika memulai usaha buburnya di pertengahan tahun 2024 lalu. Ela adalah salah satu peserta Kartini Corner yang selalu menujukan semangat di setiap kegiatan, dia mengaku adanya Kartini Corner membantu menguatkan dirinya "Berbagi cerita dan pengalaman bersama perempuan, menjadikan saya lebih kuat. Saya jadi tahu bahwa saya gak sendirian".
Kerja keras sudah menjadi pakaian ibu Rejeh. Beliau tinggal di ujung desa Kendalrejo Kabupaten Pemalang bersama suaminya. Beliau merupakan tulang punggung keluarga, menghidupi suami dan anak-anaknya yang ia sekolahkan di pondok pesantren di Pekalongan. "Saya dan suami gak lulus SD. Suami saya gak bisa baca, saya alhamdulilah bisa." ungkap bu Rejeh ketika menceritakan alasan suaminya berhenti bekerja di Jakarta karena tidak bisa membaca, suaminya sering tersasar karena salah naik bus. Semenjak itu, bu Rejeh jualan bubur kacang hijau dan bubur sum-sum keliling. Sampai akhirnya dia berhenti karena gerobak yang dia gunakan untuk berjualan rusak. "Dukungan dari Kartini Corner seperti jawaban doa saya, saya bisa membeli gerobak baru dan berjualan lagi!" ibu yang gemar tersenyum itu berdalih sambil berkaca-kaca.